Acara pembukaan Lomba Sumpit Tradisional dan Pasar Wisata se Kalimantan yang dibuka oleh Gubernur Kaltim Awang Faruk Ishak dalam kata sambutannya dibacakan wakil Bupati Paser, bahwa evet ini sebagai tindak lanjut Pemprov Kaltim akan menggelar event yang sama di ajang Sukan Borneo 2011.
Selasa, 09 Maret 2010
LOMBA SUMPIT TRADISIONAL DAN PASAR WISATA SE KALIMANTAN DI KABUPATEN PASER
Acara pembukaan Lomba Sumpit Tradisional dan Pasar Wisata se Kalimantan yang dibuka oleh Gubernur Kaltim Awang Faruk Ishak dalam kata sambutannya dibacakan wakil Bupati Paser, bahwa evet ini sebagai tindak lanjut Pemprov Kaltim akan menggelar event yang sama di ajang Sukan Borneo 2011.
Sabtu, 06 Maret 2010
Masyarakat Paser
Asal Muasal Masyarakat Paser
Peninggalan budaya masa lampau yang ditemukan di wilayah Kabupaten Paser seperti Gua Tengkorak dan Gua Loyang, sisa-sisa pemukiman di Lempesu dan istana Kerajaan Paser Belengkong, menunjukkan kepada kita tentang adanya suatu perjalanan masyarakat Paser sejak jaman prasejarah hingga jaman Islam. Perjalanan dan perkembangan masyarakat Paser sangat didukung oleh kondisi lingkungan dan geografis seperti keberadaan Sungai Kendilo yang merupakan sumber kehidupan dan urat nadi transportasi masyarakat Paser sejak masa prasejarah hingga kini.
Diawali sejak masa prasejarah, yaitu bersamaan dengan datangnya para imigran penutur bahasa
Penduduk asli
Dengan adanya hubungan masyarakat pendatang yang intensif, maka muncullah penguasa yang telah memeluk Islam dan memindahkan kerajaan dari Lempesu ke Paser Belengkong.
(Sejarah Masyarakat Paser, Hasil Penelitian LAP - UNLAM, 2005)
Profil Antropologis Masyarakat Paser
Penduduk asli yang merupakan masyarakat awal mendiami wilayah Kabupaten Paser adalah kelompok masyarakat yang dikenal sebagai orang Paser atau masyarakat Paser. Mereka secara turun temurun sebagai penduduk awal wilayah kabupaten Paser.
Berdasarkan rumpun penyebarannya di Kabupaten Paser, beberapa anak suku asli masyarakat Paser diantaranya : Pertama masyarakat Pematang daerah asal dan penyebarannya adalah di wilayah Tanah Grogot dan Pasir Belengkong. Kedua Paser Adang wilayah penyebarannya adalah di daerah selatan Long Kali dan bagian utara Long Ikis, termasuk perbatasan utara wilayah Kuaro, Ketiga Paser Migi daerah penyebarannya dan kebanyakan mendiami wilayah Kuaro barat hingga Batu Kajang, Keempat masyarakat Paser Balik menyebar di daerah utara Long Kali terus ke Babulu hingga Waru, Sepaku terus ke utara ke Balikpapan. Kelima masyarakat Paser Tajur menyebar di Barat Daya Long Ikis, Timur laut Kuaro dan Wilayah Muara Samu. Sedangkan Kenam masyarakat Paser Lembayut menempati wilayah selatan Muara Komam dan bagian barat laut Batu Sopang sedangkan masyarakat Buro Mato mendiami wilayah timur laut Batu Sopang dan bagian tenggara Muara Komam.
Dengan demikian cukup banyak perbendaharaan suku dan sub suku masyarakat Paser di Kabupaten Paser di masa lampau yang merupakan cikal bakal pemersatu masyarakat Paser.
Setiap anak suku memiliki bahasa masing-masing sehingga antar anak suku berbeda bahasanya , tetapi secara umum berdasarkan proses waktu bahwa bahasa Paser Pematang atau Masyarakat Paser Pematang dapat dipakai sebagai bahasa pengantar semua sub etnis yang ada. Boleh dikatakan bahasa orang Paser Pematang sebagai bahasa ibu dan bahasa pemersatu masyarakat Kabupaten Paser yang digunakan sehari-hari dan dimengerti oleh semua anak suku yang ada (Sejarah Masyarakat Paser, Hasil Penelitian LAP - UNLAM, 2005).
Masyarakat Paser
Asal Muasal Masyarakat Paser
Peninggalan budaya masa lampau yang ditemukan di wilayah Kabupaten Paser seperti Gua Tengkorak dan Gua Loyang, sisa-sisa pemukiman di Lempesu dan istana Kerajaan Paser Belengkong, menunjukkan kepada kita tentang adanya suatu perjalanan masyarakat Paser sejak jaman prasejarah hingga jaman Islam. Perjalanan dan perkembangan masyarakat Paser sangat didukung oleh kondisi lingkungan dan geografis seperti keberadaan Sungai Kendilo yang merupakan sumber kehidupan dan urat nadi transportasi masyarakat Paser sejak masa prasejarah hingga kini.
Diawali sejak masa prasejarah, yaitu bersamaan dengan datangnya para imigran penutur bahasa
Penduduk asli
Dengan adanya hubungan masyarakat pendatang yang intensif, maka muncullah penguasa yang telah memeluk Islam dan memindahkan kerajaan dari Lempesu ke Paser Belengkong.
(Sejarah Masyarakat Paser, Hasil Penelitian LAP - UNLAM, 2005)
Profil Antropologis Masyarakat Paser
Penduduk asli yang merupakan masyarakat awal mendiami wilayah Kabupaten Paser adalah kelompok masyarakat yang dikenal sebagai orang Paser atau masyarakat Paser. Mereka secara turun temurun sebagai penduduk awal wilayah kabupaten Paser.
Berdasarkan rumpun penyebarannya di Kabupaten Paser, beberapa anak suku asli masyarakat Paser diantaranya : Pertama masyarakat Pematang daerah asal dan penyebarannya adalah di wilayah Tanah Grogot dan Pasir Belengkong. Kedua Paser Adang wilayah penyebarannya adalah di daerah selatan Long Kali dan bagian utara Long Ikis, termasuk perbatasan utara wilayah Kuaro, Ketiga Paser Migi daerah penyebarannya dan kebanyakan mendiami wilayah Kuaro barat hingga Batu Kajang, Keempat masyarakat Paser Balik menyebar di daerah utara Long Kali terus ke Babulu hingga Waru, Sepaku terus ke utara ke Balikpapan. Kelima masyarakat Paser Tajur menyebar di Barat Daya Long Ikis, Timur laut Kuaro dan Wilayah Muara Samu. Sedangkan Kenam masyarakat Paser Lembayut menempati wilayah selatan Muara Komam dan bagian barat laut Batu Sopang sedangkan masyarakat Buro Mato mendiami wilayah timur laut Batu Sopang dan bagian tenggara Muara Komam.
Dengan demikian cukup banyak perbendaharaan suku dan sub suku masyarakat Paser di Kabupaten Paser di masa lampau yang merupakan cikal bakal pemersatu masyarakat Paser.
Setiap anak suku memiliki bahasa masing-masing sehingga antar anak suku berbeda bahasanya , tetapi secara umum berdasarkan proses waktu bahwa bahasa Paser Pematang atau Masyarakat Paser Pematang dapat dipakai sebagai bahasa pengantar semua sub etnis yang ada. Boleh dikatakan bahasa orang Paser Pematang sebagai bahasa ibu dan bahasa pemersatu masyarakat Kabupaten Paser yang digunakan sehari-hari dan dimengerti oleh semua anak suku yang ada (Sejarah Masyarakat Paser, Hasil Penelitian LAP - UNLAM, 2005).